KUBET – China Bisa Memantau Warga Bumi dengan Mata Telanjang

Ilustrasi mata-mata/spionase.
Sumber :

  • Pinterest

Jakarta, VIVAChina bisa melihat warga Bumi dengan mata telanjang.


Komitmen QJMotor di Pasar Otomotif Tanah Air: Hadirkan Banyak Diler dan Bangun Pabrik

Bukan tanpa alasan, karena ilmuwan negeri Tirai Bambu telah membuat lompatan besar dalam pencitraan optik dengan teknologi laser baru yang mampu menangkap gambar beresolusi sangat tinggi dalam jarak yang sangat jauh.

Sistem yang canggih ini dapat mendefinisikan ulang kemampuan pengawasan global, yang berpotensi memungkinkan China untuk mengamati satelit militer asing dengan detail yang belum pernah terjadi sebelumnya, atau bahkan mengidentifikasi wajah manusia dari orbit rendah Bumi (LEO).


Tantangan Diplomatik Selandia Baru dalam Menghadapi Ambisi China di Pasifik

Tim dari Institut Penelitian Informasi Dirgantara Akademi Ilmu Pengetahuan China telah menunjukkan resolusi tingkat milimeter dari jarak yang melebihi 100 km (62 mil).

Tonggak sejarah ini, yang sebelumnya dianggap tidak mungkin dicapai, dirinci dalam studi baru tersebut. Tim tersebut melakukan uji coba di Danau Qinghai, perairan pegunungan di barat laut China.


Menteri Imipas Copot 71 Pegawai Imigrasi Bandara Soekarno Hatta Buntut Pungli Warga China

Dengan menggunakan sistem Radar apertur sintetis atau Synthetic-aperture radar (SAR)—teknologi pencitraan berbasis laser dengan bidang pandang yang luas—para peneliti memperoleh kejelasan luar biasa dalam pencitraan mereka, sebagaimana dilaporkan oleh South China Morning Post, Jumat, 21 Februari 2025.

Ditempatkan di tepi utara danau, perangkat tersebut menargetkan serangkaian prisma reflektif yang ditempatkan sejauh 101,8 km (63,3 mil).

Uji coba tersebut diuntungkan oleh kondisi atmosfer yang optimal, dengan langit yang cerah, tutupan awan yang minimal, dan angin yang stabil.

Sistem ini mendeteksi detail sekecil 1,7 mm (1/16 inci) dan mengukur jarak dengan akurasi 15,6 mm (5/8 inci).

Performa ini 100 kali lebih baik daripada kamera mata-mata dan teleskop masa kini yang mengandalkan lensa tradisional. Untuk mencapai hal ini, para ilmuwan menggunakan beberapa inovasi teknologi.

Dengan membagi sinar laser pada susunan lensa mikro 4×4, mereka memperluas bukaan optik sistem dari 17,2 mm (0,68 inci) menjadi 68,8 mm (2,71 inci), mengatasi pertentangan umum antara ukuran bukaan dan bidang pandang.

Mereka juga menggunakan modul laser khusus untuk mengirim sinyal dengan frekuensi di atas 10 gigahertz. Ini memberikan resolusi jangkauan yang baik sehingga memungkinkan pengukuran jarak yang tepat.

Pada saat yang sama, spektrum warna yang sempit dipertahankan untuk meningkatkan resolusi azimuth, yang meningkatkan deteksi detail horizontal. Kemampuan sistem ini menandai kemajuan signifikan dalam pencitraan jarak jauh.

Dipimpin oleh Fan Zhongwei, direktur pusat rekayasa laser di institut tersebut, tim ini memanfaatkan keahlian dalam optik koheren, fotonik array, dan pemrosesan sinyal untuk menyempurnakan teknologi tersebut.

“Ini bukan sekadar melihat satelit, tapi tentang membaca nomor serinya,” kata seorang ilmuwan pencitraan yang berbasis di Beijing, China.

Laser berdaya 103 watt ini jauh lebih kuat daripada sistem penginderaan jarak jauh standar dan didukung oleh pemrosesan digital waktu nyata untuk menangani data dalam jumlah besar.

Tidak seperti Radar apertur sintetis (SAR) berbasis gelombang mikro tradisional, sistem ini beroperasi pada panjang gelombang optik, menghasilkan gambar yang jauh lebih tajam.

Kemajuan China dalam pencitraan jarak ekstrem melampaui pencapaian sebelumnya oleh kontraktor pertahanan besar.

Pada 2011, Lockheed Martin asal Amerika Serikat (AS) berhasil mencapai resolusi azimuth 2 cm (0,8 inci) dari jarak 1,6 km (1 mil), sementara peneliti China kemudian mencatat resolusi 5 cm (2 inci) pada jarak 6,9 km (4,3 mil).

Kini, Beijing berhasil mencapai pencitraan dari jarak 100 km (62 mil), tolok ukur penting mengingat gangguan atmosfer pada ketinggian tersebut. Meskipun ada terobosan, tantangan tetap ada.

Kualitas pencitraan laser sangat bergantung pada kondisi cuaca, dan pelacakan target bergerak dalam jarak yang sangat jauh memerlukan presisi mekanis yang ekstrem.

Kendala ini harus diatasi sebelum teknologi dapat digunakan untuk aplikasi praktis dalam pengawasan, observasi ruang angkasa maupun intelijen militer.

Halaman Selanjutnya

Halaman Selanjutnya